tentang emo

Jumat, 31 Oktober 2008

Sekilas jika kita melihat penampilan sebagian mahasiswa baru (maba). Kita akan disajikan bebuah tampilan modis gaya trendi, sebuah penampilan celana ketat dipadu kemeja flannel dan kaos hitam. Dan yang paling mencolok adalah rambut berponi melintang.

Mereka menyebutnya emo, sebuah budaya yang akhir-akhir ini banyak berkembang. Dikenal setelah kemunculan band my chemical romance, sebuah subkultur baru mukai muncul di dunia. Generasi putus asa, masokis, cengeng dan terbuang. Sebuah budaya yang awalnya muncul akibat banyaknya bullying (peloncoan) broken home, putus dari pacar atau karena kesedihan mendalam menjadikan beberapa remaja menjadi rendah diri, menjadi putus asa, merasa sendiri, dan tidak diakui dalam kehidupan.

Sejarahnya emo muncul setelah beberapa musisi hardcore udah lelah dengan jenis musik yang itu-itu saja, emo sendiri adalah singkatan dari emotional music. Kemudian ian mackaye personil minor threat mulai, mencoba sebuah variasi music baru yang musiknya sendiri campuran dari punk dan hardcore dengan lirik emosional tentang perasaan tercabik, sakit dan kebencian.

aBudaya ini kemudian berkembang menjadi sebuah trend, menjadi sebuah jati diri. Yang lagi-lagi remaja Indonesia meniru tanpa tau esensi dari budaya ini. Emo bukan sekedar gaya, emo bukan tentang potongan rambut berponi dan sepatu converse. Lebih dari semua itu. Emo adalah tentang emosi diri yang coba berani untuk dikeluarkan. Di amerika, emo disindir sebagai biseks, penyuka sesama dan lain jenis. Namun di Indonesia lagi-lagi, dijadikan sebuah gaya, sebuah outfit, sebuah bukti bahwa mereka adalah anak gaul. How scary?a

Coba lihat kampus kita, lihatlah berapa banyak mahasiswa, yang bergaya emo, tanpa tahu esensi dari budaya emo itu sendiri. Hey dude, think before wear something, read first!!

“At their best, the lyrics tend toward extremely personal poetry; at their worst, they’re like scrawlings from a sophomore journal. The bands and the audience are resolutely unfashionable, except in a sort of anti-fashion Revenge of the Nerds sense”

EMO is not small penis guy looks desperately for girls, and wearing girls panties and black framed eye glasess. Emo is emotional music.

Jim Derogatis guitar worlds 1999

Beberapa aktifis musik dan pekerja social mulai menggalakan gerakan stop the emo, mengingat sebagian anak-anak emo di Amerika mulai melakukan tindakan masokis (menyakiti diri) seperti menyayat tangan, minum obat tidur berlebihan, dan percobaan bunuh diri. Hal ini membuktikan bahwa emo merupakan budaya yang mesti kita waspadai keberadaannya. Namun bukan bearti semua tentang emo jelek, sebagian emo scene menjawab atas banyaknya kritik tentan emo itu sendiri. Dengan suatu gerakan yang dinamakan emo kids don’t cry, mereka mengajak anak-anak emo untuk lebih menghargai hidup, memulai perlawanan, dan berjuang mengatasi masalah mereka. Dimulai dengan lagu-lagu yang bernada perjuangan semacam move along-nya all American rejects, hold-nya on good charlotte, pain-nya jimmys eat world.

0 komentar: